Anak Sebagai Pembaca yang Cerdas

“Dunia anak adalah sesuatu yang selalu segar, sesuatu yang selalu baru, selalu indah, penuh dengan keingintahuan dan kegembiraan”. - Rachel Carson
Membaca adalah suatu kemampuan manusia, yang membedakan manusia dari makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Pertama kali sesaat bayi dilahirkan, ia berusaha menangkap dan merangkai makna dari berbahasa. Mereka mencoba mencari tahu bagaimana semua itu bisa bekerja. Mereka ber-ulah dengan aneka suara tangis, rengekan manja, dan meluapkan amarah melalui bahasa tangis yang mereka mampu lakukan dengan aneka ulah dan gaya mereka yang unik. Reaksi lingkungan terutama orangtua sangatlah mereka harapkan dan kelak akan menentukan kualitas mereka sebagai manusia. Mengembangkan berbahasa mereka dengan cara bereaksi terhadap bahasa tangis tersebut merupakan titik- anjak pengasuhan yang sangat fundamental. Dari sanalah kemudian mereka akan mengembangkan insting belajar mereka sebagai anak manusia, senantiasa mereka terus-menerus bereksplorasi dengan lingkungan menggunakan semua inderawi yang dimiliki.Sensomotorik dengan aktifitas gerakan di kaki telah aktif bekerja, menendang perut ibunya takala usia kandungan sudah berjalan 6 bulan ke atas. Telinga sebagai alat pendengaran juga telah aktif bekerja di usia kandungan 7 bulan. Pendengaran amatlah berperan penting sejak bayi berada dalam kandungan. Ia meningkatkan aktifitasnya dalam rangka mempersiapkan diri sebagai anak manusia, agar kelak mampu merekam 6000 hingga 8000 kosa kata yang sangat dibutuhkan sebelum pelajaran membaca di mulai. Itulah bagian dari fungsi otak yang piawai memainkan perannya dengan modal dasar sel syaraf 100 milyar yang siap bersilaturahim antarsinaps menjadi 100 trilyun.

Tidak ada yang kita tahu bagaimana para bayi mampu membedakan rasa manis, asin, pahit, sepat, asam, kasar, halus, panas, dan dingin. Ternyata, alamlah yang mendidik mereka pertama kali sesaat setelah mereka dilahirkan dengan berbagai rasa melalui alat lima inderawi yang mereka punya. Pun di lain hal, juga belum ada kebenaran yang pasti dari mana asal usul kisah fabel tentang hewan-hewan yang anon dengan pola yang sama di seluruh dunia. Ternyata, alamlah yang menjadi buku bagi umat manusia yang butuh dibaca dan diterjemahkan ke dalam aneka kisah yang menarik bagi anak-anak di seluruh dunia.

Semua Anak Cerdas, Semua Anak adalah pembaca yang Cerdas

Meski pun anak belum bisa membaca rangkaian huruf yang ada di buku, sebenarnya mereka adalah pembaca yang cerdas. Sangat cerdas! Mereka menggunakan semua inderawinya untuk memulai kegiatan membaca. Sediakanlah lingkungan yang dipenuhi dengan aneka buku. Semua anak pasti akan tertarik dengan buku dan memulai melakukan kegiatan membaca. Mereka membaca dengan matanya melalui bahasa gambar (pictorial). Mereka membaca dengan lidahnya, dengan rabaan tangan, dengan hidungnya. Aktivitas unik mereka membaca inilah kemudian melahirkan inspirasi para penulis buku anak, menciptakan aneka bentuk buku, seperti buku-buku tiga dimensi yang bersuara, bercakap-cakap ada aroma, dan ada bentuk yang bisa digerakkan dam diraba. Semua buku disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak dengan berbagai aneka tema sesuai dengan kebutuhan hidup mereka sebagai anak manusia.

Lahirnya ‘Era Membaca Dini’ seperti yang digagas Glenn Doman membuat para orangtua tergiur untuk segera menjalankan program membaca dini kepada anak-anaknya. Sayangnya banyak hal yang terloncati dalam progam membaca dini ini, yang tidak sesuai dengan pola tumbuh kembang pertumbuhan anak secara utuh . Aspek sosial emosi mereka diabaikan sebagai anak yang semestinya masih sangat mengharapkan pendengaran mereka dikenyangkan dengan dongeng-dongeng, kisah fabel aneka hewan yang lucu sebelum mereka ditidurkan. Mereka sebagai belia masih membutuhkan praktik bercakap sesama teman, saudara atau orangtuanya dalam permainan kata yang lucu, tebak-tebakan, yang terkadang di dendangkan. Kondisi ini masih sangat terasa pada suku-suku atau masyarakat yang tinggal di desa seperti di Sumatera Barat, suku Banjar di Kalimantan, suku Lio di Ende NTT dan sebagainya.

Alam disiapkan Tuhan untuk dibaca - Iqra’

Saat proses bercakap-cakap telah dikuasai anak dengan penguasaan aneka kosa kata, maka saatnya beralih kepada kegiatan membaca. Belajar sesuatu dari dunia nyata yang akan menjadi substansi proses pembelajaran membaca yang sangat menarik dan menyenangkan bagi belia kita. Sungguh suatu pembelajaran yang penuh makna dan kreatif. Para belia mengenali dunia yang maha luas ini melalui membaca-dengar yang disuarakan orang-orang yang mengasihinya, dan membaca-gambar yang dilukis para ilustrator buku anak yang sangat mengenali dunia anak. Khusus ilustrator ini, mereka mampu menghadirkan semesta makna melalui kisah-kisah dan gambar-gambar yang ramah dengan otak anak dengan sedikit aksara. Duet ilustrator dan penulis buku anak benar-benar “dalam” dan terkadang seorang penulis buku anak juga adalah seorang ilustrator yang hebat.

Melalui buku yang bagus anak mengasah aneka rasa terhadap lingkungan yang ada disekitarnya. Melalui buku, anak lebih jelas dan gagah menghadapi lingkungannya. Berbagai sikap positif lainnya seperti rasa percaya diri, toleransi, keingintahuan akan kehidupan tumbuh menyala membara untuk ditaklukkan. Di sinilah koneksi kemanusiaan antara anak dengan penulis buku terjalin. Sungguh kegiatan ‘emotional bonding’ yang luar biasa antara anak dengan penulis, yang selama ini belum tergali dengan baik. Seorang penulis buku anak mesti hati-hati dan sangat bertanggung jawab terhadap setiap aksara yang ia rangkai dalam kalimat. Tersesat ia menulis, maka seumur hidup pembaca belianya akan mengikuti ketersesatan itu.

Buku yang mampu menyerap pesan moral semesta alam dalam menabur kebajikan, merupakan buku ‘Bibliotherapy’ yang mampu meloncatkan anak pada kebahagiaan dan suasana hati yang konstruktif. Buku yang mampu menumbuhkan hasrat ber-Ketuhanan dengan baik dalam nilai-nilai spiritual. Buku seperti itu bukan hanya menjadi bacaan yang menarik namun juga mampu menyembuhkan perasaan anak yang pernah terlukai.

Aneka kisah kebajikan dan kejahatan disampaikan hampir semua suku-suku di dunia melalui ilustrasi alam semesta. Melalui bahasa tutur inilah kemudian para pemerhati pendidik mengembangkan bahasa tulisan melalui penulisan kisah-kisah dongeng anak yang terkenal mendunia, misalnya seperti aneka dongeng yang dikarang oleh HC. Andersen.

Semua anak siap membaca . Aspek psikososial perlu diperhatikan. Penulis buku anak yang baik selalu siap meloncatkan pemikiran para pembacanya setahap lebih tinggi daripada anak-anak yang belum siap membaca. Penulis buku anak menjadi profesi yang sangat istimewa bagi anak, dan Indonesia sangat membutuhkan para penulis buku anak yang cerdas dan kreatif.

Bagaimana Kita Menyikapi sebagai Penulis Buku Anak yang Cerdas?

Perhatikanlah alam Indonesia yang diciptakan Tuhan, mulai yang jauh nun di pulau Irian sana dan kilometer nol di pulau Sabang yang ada di ujung pulau Sumatera sana. Perhatikan juga apa nama suku yang mendiaminya dengan puluhan juta anak-anak belia yang haus akan bacaan tentang negerinya, dongeng hewan-hewannya, kisah tentang hutan, laut, langit dan udara, serta isi permukaan buminya. Semua adalah kisah yang amat menarik untuk dibacakan kepada mereka sebelum mereka mampu membacanya sendiri.

Saya masih ingat penutur dan penulis idola masa kecil saya. Mak One salah seorang penutur terhebat di kampung kami. Ceritanya sambung-menyambung tidak pernah selesai. Kisah yang sangat monumental adalah kisah “si Talinyo”. Rangkaian indah kosa kata bahasa Ibu (mother tongue) anyam-mengayam erat dalam kisah bersambung ala pendongeng alamiah Mak One yang sangat piawai bertutur. Dari mulut beliau hadir Malin Deman, Malin Kundang, Si Pemalas, si Bodoh, si Lebai Malang, dan kisah hantu-hantu orang Bunian yang menyeramkan dan membuat kami sebagai anak kecil selalut takut dan mencari perlindungan orang dewasa. Beliau seorang artis penutur yang di Indonesia sudah langka. Begitu juga dengan Gerson Poyk yang berasal dari Nusa Tenggara Timur yang membuat saya tergetar mengikuti tulisan kisah petualangan di atas padang steva savananya. Seorang Gerson Poyk menghadirkan sosok seorang pendongeng yang tampan, gagah, dan menjadi idola saya. Juga pendongeng dunia seperti HC. Andersen yang membuat saya sebagai anak SD kelas 4 mampu membaca komik karangannya 30 buku sehari, yang berakibat saya disetrap guru di sekolah.

Jangan lupa, ada dua buah buku yang membuat saya sebagai anak tercengang dan mengalami kendala. Satu buku terjemahan tentang kehidupan di negara dingin antah berantah dengan aneka kisah kehidupan beruang es dan suku Eskimonya. Dan satu lagi buku sastra lama “Pertjikan Permenoengan” karangan Rustam Effendi yang membuat kekayaan membaca saya terpelihara hingga saya dewasa.

Di Amerika kita mengenal penulis dan ilustrator anak yang meraih Medali Calcedott, seperti: Virginia Lee Burton(The Little House ), James Thurber/Louis Slobodkin (Many Moons), Golden Mac Donald/ Leinard Weisgard (The Little Island), Leo Politi (Song of the Swallows), Allen Say (Grandfather Journey) dan sebagainya. Juga penulis buku anak yang best seller seperti: Beatrix Potter (The Tale of Peter Rabbit), Dorothy Kunhardt (Pat the Bunny), Charles Tazewell (The Littles Angel), Dr. Seuss (The Cat in the Hat, Green Eggs and Ham, One Fish, Two Fish, Red Fish, Blue Fish and Hop on Pop), dan sebagainya.

Melihat pada kondisi negara-negara maju yang terus-menerus berusaha melakukan perbaikan terhadap bacaan anak, saatnya Indonesia melakukan hal yang sama. Pendek kata, udara, permukaan bumi, isi perut bumi, dan perairan Indonesia mengandung harta yang tidak sedikit harganya untuk ditulis dalam kisah-kisah yang menarik untuk dibaca anak-anak Indonesia. Indonesia membutuhkan penutur dan penulis yang mampu mendampingi kecerdasan anak-anak Indonesia yang beragam dan multietnik.

Teruslah menulis untuk anak-anak Indonesia.

Dewi Utama Faizah
(DU. Faizah)