Ikan Kaleng (Cerpen Pendidikan)

Di bawah ini adalah satu contoh cerita pendek tentang pendidikan yang bagus, silakan dinikmati dan dipahami makna kritik pendidikan yang terkandung di dalamnya. Cerpen berjudul “Ikan Kaleng” ini ditulis oleh Eko Triono (Kompas, 15 Mei 2011). Terima kasih untuk Mas Rahmat Petuguran atas informasi dan sarannya.

Kunci Kemenangan

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi Neraka Jahanam kebanyakan dari Jin dan Manusia,mereka mempunyai hati,tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami ayat-ayat Allah;mereka mempunyai mata,tetapi tidak dipergunakannya untuk melihat tanda-tanda kekuasaan Allah;mereka mempunyai telinga,tetapi tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah).Mereka itu seperti binatang ternak,bahkan mereka lebih sesat lagi ( 7:179 )

Pendidikan Di Australia

Para Pendidik & Guru di Australia lebih khawatir jika anak2 didik mereka tdk jujur, tdk mau mengantri dgn baik, tdk memiliki rasa empati & hormat pd orang lain & etika moral lainnya ketimbang mereka tdk bisa membaca, menulis & berhitung.
"Guru2 di Australia lebih prihatin jika murid2 mereka memiliki prilaku moral yg kurang baik drpd memiliki prestasi nilai akademik yg kurang baik"

10 Tanda Kehancuran Sebuah Bangsa

By Thomas Lickona.


Suatu ketika di bulan Juli tahun 90-an, di negara bagian Massachusetts, Amerika Serikat tengah berlangsung sebuah konfrensi besar pendidikan, dihadiri oleh sebagian besar kalangan pendidikan, mulai dari pengamat, praktisi, pakar hingga penentu kebijakan di bidang pendidikan.

Tema yang diambil. kali itu adalah mengenai “Evaluasi Sistem Pendidikan dalam Menghasilkan Generasi Unggul”

Belajar Memahami Logika

Secara bahasa logika adalah studi tentang alasan yang mencakup dialektikal, argumentatif dan intelektual. Karena dasar dari logika adalah perkataan, pemikiran, idea, argumentasi, alasan, atau prinsip. Oleh karena itulah, logika seringkali dikategorikan salah satu studi utama dalam filsafat, matematika, dan komputer.
Sementara menurut Ibn Sina logika adalah “alat pembeda antara benar dan salah”. Adapun Frege mendefinisikan logika sebagai “ilmu dari hukum paling umum tentang kebenaran”. Aristoteles sendiri meletakkan logika sebagai fondasi paling dasar dari filsafat. Baginya semua yang kita pelajari harus berdasarkan logika untuk mencapai pengetahuan final.

Pelajaran Yang Paling Disenangi Anak

Apa pelajaran yang paling di senangi anak-anak sekarang?

Pelajaran jam kosong adalah jawabnya. Coba lihat ke beberapa tetangga dan sekilas kita tanyakan, pastilah akan menyebutkan pelajaran kosong, mungkin ada yang menjawab olah raga. Inilah fakta yang kita dapati saat ini, seharusnya semua mata pelajaran yang ada di sekolah itu menarik dan berhubungan dengan kehidupannya sehingga anak akan beramai -ramai memasuki kelas-kelasnya dengan penuh antusias. Sekarang ini sekolah seperti penjara bagi mereka. Siswa digiring menjadi sekelompok orang yang harus mempelajari sesuatu yang tidak di minati sama sekali.

Alangkah indahnya jika sekolah dapat memberikan cambuk kepada siswa agar selalu terpancing untuk mempelajari banyak hal yang tidak terbatas ( mata Pelajaran ) asalkan mereka mampu menjalaninya dengan dibungkus dengan sebuah arahan yang terprogram dan terstruktur, evaluasi dan monitoring dari seorang yang selalu membimbing, maka tentunya akan lebih efektif dan bermanfaat.
Alangkah indahnya lagi jika sekolah, merumuskan sebuah arahan yang bisa memberikan ruang kepada siswa untuk kreatif dan mandiri dalam belajarnya. kita ambil cntoh, ketika seorang anak sudah terlihat kecenderungannya menyenangi musik maka siswa tersebut diarahkan untuk lebih banyak melatihnya dalam jam sekolah, untuk mata pelajaran yang lain bisa dipilihkan yang akan mendukungnya dengan dunia musik kelak, sehingga lulus seklah pastinya anak tersebut sudah banyak hasil karya yang dia telurkan dalam hal musik.

Empat Masalah Kurikulum

Pertama, kurikulum lebih berorientasi kepada content (isi), bukan construct (rancang bangun). Padahal, kalau kurikulum diarahkan kedalam construct, toh muata-muatan seperti seks bebas, narkoba, korupsi, pelanggaran HAM dll telah terliput ke dalam domain integritas (akhlaq). Sedangkan muatan-muatan tentang konservasi, demokrasi, leadership, hemat energi dsb. adalah turunan dari domain Khilafah.


Kedua : Seharusnya kurikulum lebih diarahkan untuk memberikan "pancing" kepada peserta didik, bukan "ikan". Toh dengan pancing yang tepat mereka bisa mendapatkan berbagai jenis ikan. Gontor sukses memberikan pancing kepada para santrinya. Pergaulan saya dengan santri Gontor menunjukkan bahwa "ikan" (ilmu) yang mereka bawa saat lulus sangat minim. Namun, "pancing" yang mereka miliki sangat banyak (motivasi, pola pikir, daya nalar, hasrat ingin tahu, kepercayaan diri dsb.)

Ketiga, ketiadaan desain arsitektur pembelajaran. Sebuah sekolah alam pernah memberikan kurikulumnya kepada saya. Setelah saya pelajari, ternyata itu hanya silabus. Saya tidak menemukan riwayat (curriculum = riwayat) di dalamnya. Tak ada sebuah desain arsitektur yang dapat menjelaskan konsep bangunan, sosok, filosofi, jatidiri dsb. Tak ada sebuah resep makanan yang dapat merubah gula, tepung, telur, margarine dsb. menjadi sebuah, misalnya, lapis legit.

Takziah ke Rumah Doni

Pukul 06.03

HP berdering. Memang sudah menjadi rutinitas, hampir setiap pagi beberapa wali santri menanyakan kondisi putra mereka. "Halo, Assalamu'alaikum," suara diseberang membuka pembicaraan. "Walaikum salam," jawabku singkat.
"Maaf pak, saya pamannya Doni. Begini pak, tadi pagi orangtua Doni meninggal dunia."
"Inna lillahi waina ilahi rajiun,' sahutku.
"Saya sudah menghubungi saudara saya di Jepara tapi nggak nyambung-nyambung. Tolong Pak, sampaikan ke Doni hari ini dia harus pulang tapi jangan kasih tahu kalau ayahnya meninggal," suaranya terdengar terburu-buru.
"Insya allah nanti akan kami antar Pak," aku terpancing gaya bicaranya yang simpel.
---
Hari masih pagi, namun suasana sudah mulai ramai dengan lalu lalang para pelajar yang tak ingin terlambat sampai di sekolah. Aku sendiri agak telat sekitar 10 menit dari waktu yang telah ditentukan.

Gemuruh dzikir al matsurat pagi menyapa kadatanganku. Laboratorium sekolah yang disulap untuk ruang dzikir dan shalat tertutup satu sisi pintunya. Satu dua anak ikhwan berlari kecil menuju pintu laboratorium yang dijaga beberapa ustadz. Mereka menyalami dan mencari tempat yang nyaman untuk menyaru dalam jamaah yang larut dalam bait-bait doa dan salawat. Sambil turut komat-kamit, aku masuk ke kantor akhwat mendekati pengeras suara. Sesaat setelah pintu laboratorium terbuka anak-anak ikhwan keluar tanpa beraturan. Melalui pengeras, kusebut nama ketua OSIS untuk segera datang ke kantor.

Berderma Dengan Teknologi


Oleh Victor Samue

Apa yang muncul di kepala kita ketika mendengar istilah “teknologi”? Mungkin internet, yang merevolusi komunikasi manusia seantero dunia. Mungkin juga CRH3, kereta apung magnet tercepat di dunia yang mampu menempuh jarak Jakarta-Bandung selama lima belas menit. Atau mungkin pula teknologi antariksa yang dapat menyediakan liburan seru di luar angkasa.

Perkembangan teknologi abad ke-20 merupakan salah satu titik penting dalam sejarah. Secara fenomena, tidak ada era lain yang paling mengubahkan cara hidup manusia. Kalau Leonardo da Vinci bangkit dari kubur sekarang dan melihat segala kecanggihan ini, agaknya ia akan kena serangan jantung lalu segera mati lagi!
Meskipun demikian, teknologi bukanlah milik semua orang. Teknologi lebih dekat dengan orang-orang yang mampu—mampu secara ekonomi (untuk berlibur di antariksa) atau mampu secara akal (untuk merancang CRH3). Dua kelompok inilah pengguna dan pengembang teknologi.