Penilaian berkelanjutan – menyenangkan bukan menakutkan

Berdasarkan pengalaman saya mengajar siswa junior (6 – 11 tahun) dan siswa senior (11 – 16 tahun) saya menemukan bahwa terdapat perbedaan dalam cara mereka menyikapi test. Contohnya, siswa yang lebih dewasa cenderung menyikapi test yang akan dihadapi dengan rasa cemas dan takut, sementara siswa yang lebih muda menunjukan rasa senang dan gembira karena mereka dapat menunjukan apa yang telah mereka pelajari. Hal ini tidak mengagetkan karena pada kenyataannya, hasil dari test siswa senior memiliki konsekuensi yang lebih serius ditambah dengan tekanan tambahan berupa ekspektasi dari orang tua dan guru.Penilaian menyeluruh
Penilaian formatif

Contoh
Hasil
Rangkuman
Penilaian meyeluruh

Alasan lain atas perbedaan diatas adalah mungkin berhubungan dengan jenis test yang diberikan oleh guru pada siswa junior dan senior. Siswa belia biasanya di test dalam suasana yang tidak menegangkan, dalam lingkungan yang menyenangkan; bekerja dalam kelompok untuk mendemonstrasikan kemampuan mereka untuk bekerja sama, sementara siswa senior seringnya diberikan test yang harus dikerjakan secara individu dimana mereka diharapkan untuk dapat menjawab pertanyaan dengan kemampuan mereka sendiri. Jenis test yang formal seperti ini biasanya muncul pada akhir semester atau akhir tahun akademik dan hasilnya kemudian digunakan untuk menulis laporan yang nantinya akan menentukan dimana siswa itu akan ditempatkan pada tahun berikutnya. Test seperti ini dikenal dengan nama penilaian meyeluruh (Overall assessment) atau penilaian sumatif (summative assessment), yang dapat langsung memberikan hasil test pada guru untuk dianalisis, namun tidak menunjukan gambaran yang jelas akan kemajuan masing-masing siswa atau bahkan potensi mereka, terutama apabila mereka terpengaruh oleh faktor rasa takut ketika mengerjakan test.

Penilaian formatif
Penilaian berkelanjutan atau test formatif sering digunakan sebagai test alternatif. Selain memberikan pengalaman positif pada siswa, test seperti ini juga sangat bermanfaat bagi guru untuk melihat apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai. Test ini juga dapat melihat kekuatan dan kelemahan siswa dan memberikan petunjuk pada kita mengenai aktifitas yang disukai dan tidak disukai oleh siswa.

Contoh
Berikut ini adalah contoh penilaian berkelanjutan yang saya lakukan dengan sekelompok siswa Portugis yang berusia 8-9 tahun pada tahun kedua mereka belajar Bahasa inggris. Kami menggunakan buku dimana pada setiap akhir modul siswa diharuskan mengerjakan sebuah lembar evaluasi yang dibagi kedalam 4 bagian.

Bagian 1 – terdiri atas 5 – 6 jenis latihan untuk mendemonstrasikan keterampilan dan pengetahuan Bahasa yang baru saja mereka pelajari. Pada umumnya latihan ini dikerjakan berpasangan atau dalam kelompok kecil dengan jenis latihan yang bervariasi seperti; menjodohkan, menyusun kalimat, mengisi bagian yang kosong, lagu, pantomime, membaca pemahaman, memberi label pada diagram, mendeskripsikan gambar, pertunjukan percakapan pendek, dll. Yang terpenting dalam penilaian ini adalah tidak mengulang jenis test yang sama yang sudah dikerjakan pada modul tersebut, sehingga siswa benar-benar dapat mendemonstrasikan pemahaman mereka terhadap Bahasa yang mereka pelajari, bukan hanya mengandalkan memori, namun kemampuan mereka untuk memanfaatkan memori tersebut dalam berbagai cara. Setelah menyelesaikan latihan, siswa dinilai dengan cara dikelompokan berdasarkan tiga jenis ikon untuk menunjukan seberapa bagus prestasi mereka.

· Satu ikon = Cukup bagus
· Dua ikon = Bagus
· Tiga ikon = Sangat bagus

Bagian 2 – sebuah daftar pernyataan yang menunjukan sikap siswa secara umum dan partisipasi di dalam kelas. Contoh:

Never
Sometimes
Always

I speak to the teacher in English
I do my homework
I try to speak to my friends in English
I work well on my own

Bagian 3 – latihan refleksi sederhana untuk menunjukan sejauh mana siswa menikmati kegiatan yang terdapat pada modul. Kali ini siswa juga dikelompokan berdasarkan salah satu dari tiga jenis ikon.

Ikon wajah sedih = Tidak menikmati

· Ikon wajah netral = OK
· Ikon wajah tersenyum = Menikmati
Bagian 4 – kotak terpisah untuk guru menulis komentarnya. Juga satu kotak lagi untuk tanda tangan orang tua, karena siswa akan membawa lembar evaluasinya ke rumah sebagai bagian dari portofolio pekerjaan mereka.

Hasil

Ternyata siswa sangat menantikan penilaian ini dan bangga dengan lembar evaluasi yang telah mereka selesaikan. Yang mengagetkan adalah, pada tahap ini para siswa dapat merefleksikan diri mereka dengan sangat terbuka dan jujur dan mereka tidak merasa perlu langsung mendapatkan penghargaan ketika mereka merasa pekerjaan mereka masih kurang sempurna. Namun kadang saya perlu melakukan intervensi ketika siswa terlihat sudah berusaha keras dalam menyelesaikan tugas, namun hasilnya masih kurang memuaskan.

Kesempatan untuk mengerjakan tugas secara berpasangan ataupun berkelompok membuat siswa tidak merasa tertekan karena sedang dievaluasi secara individual dan juga memberikan elemen yang menyenangkan dalam proses evaluasi. Jelas bahwa siswa juga perlu untuk dilatih bekerja secara mandiri, oleh karena itu, siswa diminta untuk merefleksikan kemampuan mereka untuk bekerja sendiri pada bagian kedua. Jika diperlukan, tugas individu dapat dimasukan kedalam penilaian untuk membedakan siswa yang kuat dan siswa yang lemah.

Ringkasan

Sebagai kesimpulan, menurut saya, penilaian berkelanjutan cukup efektif tidak hanya untuk mengulang dan merevisi Bahasa yang dipelajari tetapi juga untuk memotivasi siswa belia agar lebih menyadari kemampuan mereka serta kebutuhan agar siswa dapat melihat suatu proses penilaian sebagai pengalaman positif.

Dari sisi guru, penilaian berkelanjutan adalah cara yang sangat baik untuk memonitor perkembangan siswa setiap harinya dan menemukan kegiatan mana yang disukai oleh siswa. Informasi ini sangatlah bermanfaat dalam merencanakan pelajaran selanjutnya agar dapat disesuaikan dengan learning style masing-masing kelompok serta memberi tanda bagian Bahasa dan keterampilan yang mana yang perlu dikembangkan selanjutnya.

Pada akhirnya, menurut saya, penilaian berkelanjutan akan berhasil apabila dikombinasikan dengan elemen-elemen penilaian yang lain, terutama ketika mengevaluasi siswa senior, yang mungkin lebih termotivasi untuk memperlihatkan pengetahuan mereka secara individu maupun kemampuan mereka untuk bekerja di dalam kelompok. Secara pribadi, saya menganggap bahwa keterampilan produktif seperti berbicara dan menulis, yang membutuhkan proses membuat draft dan mengedit, akan sangat cocok apabila menggunakan penilaian formatif. Sementara, keterampilan reseptif seperti menyimak dan membaca dapat lebih efektif apabila dievaluasi dengan menggunakan metode penilaian sumatif. Dengan cara ini, siswa akan mendapat keuntungan dari keterampilan sosial dan bekerja sama yang dibutuhkan dalam melaksanakan kerja kelompok, dan juga mendapat kesempatan untuk mendemonstrasikan potensi individu mereka.

British Council's IELTS information http://www.britishcouncil.org/learning-ielts.htm

Success at IELTS blog http://www.successatielts.com/blog/

Written by Jenny Bedwell, British Council, Spain

Source/sumber: http://www.teachingenglish.org.uk/think/articles/ongoing-assessment-fun-not-fear