Sebutan anak berbakat di Indonesia sebetulnya mengacu pada istilah Gifted yang biasa digunakan di Amerika, yaitu anak-anak yang mempunyai kemampuan di atas rata-rata anak-anak normal, dengan batasan menurut Renzuli yaitu IQ di atas 130, dengan kreativitas, motivasi dan ketahanan kerja yang tinggi.
Namun istilah anak berbakat ini di Indonesia menjadi membingungkan dengan istilah talented children yang jika dibahasa Indonesia-kan menjadi juga anak berbakat. Namun batasan talented children ini tidak mengacu pada batasan inteligensia di atas 130, hanya saja ia mempunyai salah satu bidang prestasi yang menonjol yang melebihi rata-rata. Bisa saja seorang anak yang mengalami gangguan inteligensia yang luas seperti misalnya para autis-savant dengan IQ dibawah rata-rata anak normal (kurang dari 80) namun mempunyai talent yang luar biasa. Namun anak ini tidak dapat dikatakan sebagai anak gifted.
Sedang anak cerdas dalam istilah berbahasa Inggris disebut Bright Child. Ia berbeda dengan anak-anak gifted, karena Bright Children sekalipun ia mempunyai IQ melebihi rata-rata, namun Bright Children mempunyai kreativitas sebagaimana anak-anak pada umumnya. Cognitive style atau gaya berfikir Bright Children juga berbeda dengan Gifted Children. Bright Children mempunyai cognitive style yang sekuensial sedang cognitive style Gifted Childrenmerupakan gaya belajar yang simultan atau biasa juga disebut gestalt style. Gifted Children kebanyakan juga anak-anak yang visual learner (dapat dibaca pada Web si Entong).
Istilah jenius biasa diberikan pada anak-anak yang mempunyai kemampuan luar biasa, dalam bahasa Inggris sering digunakan istilah Exceptional Gifted Children, dengan IQ di atas 160.
Bila mengacu pada istilah yang digunakan di Eropa, maka istilah Gifted yang biasa digunakan oleh Amerika, Eropa biasa menggunakan istilah High Ability, yaitu anak-anak yang mempunyai potensi tinggi, dalam bahasa Belanda biasa digunakan istilah hoogbegaafd. Hal ini untuk membedakan antara pengertian masa lalu bahwa anak-anak gifted adalah anak-anak yang mempunyai prestasi di atas rata-rata, namun pada kenayataannya setengah dari populasi anak gifted mempunyai prestasi di bawah dari potensi yang bisa diharapkan, dengan kata lain ia mengalami prestasi rendah (underachiever).
Talent atau Talenta pada anak-anak gifted (atau juga anak-anak lainnya) dapat dibagi menjadi 4 Domain (Cohn, 1981), yaitu:
- Intelectual Domain berupa talenta qualitatif, spatial, verbal, dan talent lainnya
- Artistic Doamin, yaitu seni, drama, dan lainnya
- Social Domain, yaitu emphaty/altruistic talent, leadership, dan lainnya
- Other Human Ability Domains, atau spesific talent dimensions.