Dalam sejarah manusia, tidak pernah ada generasi seperti yang kita hadapi sekarang. Inilah yang kita sebut, "The native-digital-generation'', atau "Generasi Milenial Asli". Mereka lahir sesudah 1995; sesudah era internet dimulai. Istilah 'digital' tidak hanya bicara mengenai sesuatu teknologi mutakhir, tetapi bicara mengenai sebuah gelombang gaya hidup yang terus mem besar dan menjadi sebuah tsunami yang menyapu segala hal yang ada dan menye rapnya ke dalam kuasa alam yang dia miliki, sehingga tidak ada yang lepas dari dampaknya.
Tsunami media dan teknologi ini sedang menciptakan generasi yang sangat berbeda dengan kita, dan dalam waktu yang sangat cepat. Generasi milenial sudah dan sedang melangkah ke dalam arus ini. Karena itu Indonesia sudah menjadi negara terbesar ketiga di dunia menggunakan Facebook, dan adalah negara yang dengan sangat cepat sedang mengadopsi Twitter, sampai-sampai bulan Augustus lalu, lebih banyak lalu-lintas Twitter di Indonesia daripada negara manapun di dunia, termasuk Amerika Serikat!
Indonesia memiliki 120 juta pemakai handphone (HP), dan market ini sedang bertumbuh dengan pesat sementara 60% dari semua lalu lintas Internet di Indonesia terjadi lewat HP, bukan komputer.Tsunami media dan teknologi ini sedang menciptakan generasi yang sangat berbeda dengan kita, dan dalam waktu yang sangat cepat. Generasi milenial sudah dan sedang melangkah ke dalam arus ini. Karena itu Indonesia sudah menjadi negara terbesar ketiga di dunia menggunakan Facebook, dan adalah negara yang dengan sangat cepat sedang mengadopsi Twitter, sampai-sampai bulan Augustus lalu, lebih banyak lalu-lintas Twitter di Indonesia daripada negara manapun di dunia, termasuk Amerika Serikat!
Tahun 2010, 35 juta HP ter jual di Indonesia, dan hal ini membuatnya menjadi salah satu pasaran HP terbesar di dunia. Sebagai contoh betapa kita orang dewasa kurang pahami teknologi dan dunia digital, survei membuktikan bahwa 90% dari anak-anak ibu kota Jakarta yang mengakses pornografi, melakukannya melalui gadgets yang dibelikan oleh orang tua mereka sendiri.
Tulang punggung dunia digital ini adalah tentu jaringan internet dan world wide web, media TV baik yang disiarkan lewat udara (terrestrial) maupun yang kita dapat di cable, di satellite, dan recorded media seperti film dan program TV. Kesemuanya ini makin terlilit dan melekat satu dengan yang lain, dan didukung oleh berbagai piranti keras seperti berbagai smartphone, ipad, ipod, dan tentu ber bagai PC, dan alat komputer. Di bulan September lalu, Google mengumumkan bahwa dengan sistem OS mereka, ‘Android', memiliki target menciptakan `smartphone' yang akan dijual di bawah US$100. Artinya, orang yang paling sederhanapun akan memiliki akses dan kemudian tersapu oleh tsunami dunia maya dan segala isinya! Melihat atau mendengar hal apapun, di manapun, dengan alat digital sekecil apapun adalah moto dunia digital. Sadarkah saudara bahwa generasi yang muncul sekarang adalah generasi yang sangat unik dan berbeda? Mungkin Anda bertanya, apa salahnya dengan menjadi ‘berbeda’? Mengapakah perlu khawatir?
Pandangan 'Worldview' anak -anak kita sedang berubah
Dunia digital membawa arus pan dangan dunia (worldview) yang universal, liberal, dan anti-kebenaran membanjiri kehidupan kita dan anak-anak kita. Menurut survey sebuah wadah riset, Barna, di Amerika Serikat, di 2010 lalu, perubahan worldview remaja sedang berubah dengan drastis. Persentase anak muda yang memiliki pandangan Qur'ani terhadap dunia, lingkungan dan hubungan-hubungan dalam hidup mereka kini hanya 9% di sana. Salah satu penyebab utama adalah karena dunia media digital yang menghantar hiburan, berita dan jaringan sosial menjadi suatu sumber yang 'streaming' 24 jam sehari ke dalam kehidupan anak-anak kita.
Saya ingat pertama kali saya menyadari bahwa generasi ini di bawah pengaruh yang amat dahsyat. Saya sedang ada di bandara Manila tahun 2008, dan mau berangkat ke Jakarta saat saya menyaksikan seorang gadis duduk di ruang tunggu. Laptopnya terbuka, dan dia sedang menggunakan wi-fi bandara untuk Facebook dengan berbagai orang. Di tangan kirinya ada Ipod, dan saya perhatikan bahwa dia sedang men-download lagu dari internet. Di telinganya ada earphones dan sedang menikmati musik. Tetapi yang aneh bukan dua hal itu, yang mungkin sudah lazim. Saya perhatikan bahwa di tangan kanannya terdapat sebuah HP smartphone merek terkenal, dan ibu jarinya sedang mengetik dengan sangat cepat sementara dia nyaris tidak melirik layar hp tersebut. Sungguh "multi-tasking" yang hebat!
Lantas, saya perhatikan ayahnya, yang duduk di sebelah anak perempuan ini. Dia duduk dan menggunakan sebuah alat sederhana untuk main game di layar putih hitam dan membaca buku. Sepanjang duduk berjam-jam menunggu pesawat, tidak sekali-kali dia mengajak anaknya berbicara. Sebuah gambaran yang sangat sempurna mengenai generasi ini! Para orang tua rata-rata mengajak anaknya berbicara hanya selama 15 sampai dengan 20 menit per hari, sementara melalui dunia media dan dunia digital ada ribuan pikiran, pandangan, dan pendapat yang menyerbu hidup dan pikiran mereka sejak melek pagi hari sampai tidur malam.
Menurut Barna Research di seluruh dunia, sesesorang dibentuk matang sebelum umur 13 tahun, dan sesudah umur 13 akan melalui masa pemahatan, atau "refining", hingga awal umur 20an.
Rekans, ‘pandangan dunia’ yang anak-anak saudara miliki sangat menentukan. Keputusan-keputusan seorang ber hubungan dengan moralitas, pengunaan waktu, pekerjaan, dan tujuan hidup. Semua keputusan ini mengalir dari dan amat erat hubungannya dengan 'pandangan dunia’ anak tersebut. Di tengah -tengah dunia yang sarat dengan berbagai informasi, bagaimanakah kita dapat melihat anak-anak kita bertumbuh besar dengan pola pikir yang Religius, yang berisi kebenaran?
Marilah bersama kita peduli dan sharing idea maupun kiat2 mendidik anak2 kita. Bukan untuk membangun benteng terhadap Tsunami zaman, tetapi untuk mengajarkan kecerdasan dan kemampuan melayari gelombang resiko tsunami peradaban dan secara cerdas memanfaatkannya lebih baik untuk dirinya dan peradabannya kelak... Cheers :)
disadur bebas dari berbagai sumber